RESUME
4. Shlat Duha Hari Raya
Shalat duha hari raya (al- ), yaitu
Shalat’Iedul fitri pada pagi hari tanggal 1 Syawal dan shalat Iedul-Adha pada
tanggal 10 Dzulhijjah. Dua hari raya Ied ini sebagai pengganti dua hari Bermain
dan bersenang senang yang di miliki oleh masyarakat sebelumnya. Oleh karenanya nabi
saw menganjurkan agar semua orang islam termasuk anak-anak dan wanita haid ikut
merayakannya dengan bertakbir menuju ke lapangan tempat shalat
(al-mushalla),meskipun wanita haid tidak ikut shalat.
Lafal Takbir ‘Ied
Adapaun lafal takbir ‘Ied antara lain
seperti yang di sandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar bin Al-Khattab,dan ‘Ali bin
Abi Thalib ra:
الله اكبر الله
اكبر, لااله الا الله والله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
“ Allah
maha Besar, Allah Maha besar, Tidak ada tuhan selain Allah, dan allah Maha
Besar dan bagi-nyalah segala pujian.”117
Shalat ‘Ied Bertepatan hari Jum’at
Jika shalat ‘Ied bertepatan pada hari
jum’at maka Nabi saw memberikan rukhshah (kemurahan/keringanan)
untuk meninggalkan Jum’atan. Dasrnya adalah ketika mu’awiyah bin Abi Sufyan
bertanya pada Zayd bin Arqam ra, maka Zayd bercerita bahwa:
صلي العيد ثم رخص
في الجمعة فقل من شاء ان يصلي فليصل
“ Beliau (Nabi saw) shalat ‘Ied kemudian memberikan kelonggaran
pada jum’atan. Maka beliau berkata: siapa yang menghendaki untuk shalat
(jum’at) maka hendaklah tetap shalat “ (HR.Abu Dawud, Al- Hakim)121
5. Shalat Istisqa’
Yaitu shalat dua rakaat dan berdo’a
minta air hujan karna kekeringan akibat kemarau panjang. Shalat ini dituntunkan
untuk di lakukan secara ber jemaah di lapangan setelah matahari terbit, sama
dengan waktu shalat ‘ied menurut, Abbad bin Tamim, dari pamannya: ‘Addullah bin
Zayd ra. Bahwa:
رايت النبي صلي
الله عليه وسلم يوم خرج يستسقي قال: فحول الي الناس ظهره ,واستقبل القبلة يدعو, ثم
حول رداءه ,ثم صلي لنا ركعتين جهر فيهما با لقراءة (متفق عليه)
“ Saya melihat Nabi saw pada suatu hari keluar untuk minta
hujan. Ia (‘abdullah) berkata: (setelah khutbah) lalu beliau berupaya berubah
posisi punggungnya dari manusia dan menghadap kiblat untuk berdo’a,kemudian
beliau merubah posisi sarung selendangnya, kemudian shalt bersama kami dua
rakaat dengan mengeraskan qira’ahnya pada keduanya.”(Muttafaq’alayh)
Dengan demikian,tata cara pelaknaanya
seperti shalat jum’at, yaitu khutbah lebih dulu kemudian berdo’a menghadap
kiblat,lalu shalat dua rakaat dengan mengeraskan bacaan,namun bedanya,tanpa
diawali azdan dan iqamah,kemudian khutbah menghadap ke jamaah lalu berdo’a
minta hujan dengan menghadap kearah kiblat sambil mengangkat kedua tangan (HHR.Abu
Hurairah ra.)
6. Shalat Istikharah
Shalat Istikharah yaitu shalat dua
rakaat untuk meminta pilihan yang terbaik dalam segalaurusan.Menurut sahabat
jabir ra.bahwa Rasulullah saw mengajarkan kepada para sahabat untuk
berkonsultasi kepada Allah melalui shalat guna meminta yang terbaik dalam
segala hal(الاستخارة في الامور كلها ) Jadi istikharah ini dituntunkan bukan hanya ketika bingung atau
kesulitan dalam menetukan jodoh yang terbaik tetapi dalam segala hal dan
kebutuhan (hajat),apakah dalam memutuskan persoalan pekerjaan,sekolah,jodoh,dan
lain sebagainya.
7. Shalat Tahiyyatul Masjid
Shalat Tahiyyatul Masjid yaitu shalat
dua rakaat sebagai penghormatan memasuki masjid. Nabi saw bersabda:
“ Apabila salah seorang kalian masuk masjid,maka hendaklah
shalat dua rakaat sebelum duduk.”(HR. Jama’ah, dari Abu Qatadah ra.)
8.Shalat Gerhana (Kusuf atau Khusuf)
Shalat Gerhana kusuf atau Khusuf
yaitu shalat karena terjadi gerhana, baik karena gerhana matahari maupun
gerhana bulan (HR. Al-Bukhari,Muslim,Ahmad,dari Mugharah,Abu Bakrah dan Aisyah
ra.) Meskipun secara bahasa kusuf bisa di gunakan untuk gerhana matahari
sedangkan khusuf untuk gerhana bulan, namun umumnya hadist Nabi saw ternyata
tidak membedakan keduanya karena Nabi menggunakan dua istilah tersebut untuk
gerhana matahari dan bulan. Sebab al-wurud (sebab kemunculan) tuntunan shalat
gerhana dilatar belakangi dengan kejadian gerhana matahari (dengan ungkapan كسفت الشمس atau الشمس خسفت yang arti keduanya:pernah
terjadi gerhana matahari ) pada masa rasulullah saw yang bertetapan dengan
wafatnya Ibrahim putra Nabi saw sehingga orang orang menganggap bahwa gerhana
terjadi karena berkaitan dengan wafatnya Ibrahim.
Shalat gerhana di lakukan secara
berjamah di masjid dan di mulai di awal terjadinya gerhana hingga gerhana
berahir. Dengan demikian, lama dengan bacaan yang serba panjang karena
tergantung pada lama gerhana berlangsung.Pada saat mulai gerhana, salah seorang
menyeru orang orang untuk shalat gerhana berjamaah dengan seruan “ash-Shalatu
Jami’ah” tanpa azan dan iqamah (HR. Muslim, dari Aisyah)
Shalat ini terdiri dua rakaat dengan
4 rukuk 4 sujud di mana setiap rakaat terdiri 2 rukuk dan 2 sujud:
- Takbiratul ihram
- Membaca Al-fatihah dan surat yang panjang
- Ruku’ yang panjang dari biasanya
- I’tidal dengan mengucapakn sami’allahuliman hamidah
- Membaca Al-Fatihah lagi dan Surat yang panjang tapi lebih pendek dari yang pertama
- Ruku’ yang panjang tapi lebih pendek dari yang pertama
- I’tidal dengan mengucapkan sami’allahu liman hamidah
- Sujud seperti biasa tapi agak lama
- Berdiri menuju rakaat kedua dan lakukan seperti cara yang di lakukan pada rakaat pertama dengan bacaan lebih pendek dari yang pertama sampai salam
9. Shalat Jenazah
Shalat Jenazah yaitu Shalat yang di
lakukan karena adanya muslim atau muslimah yang meninggal dunia. Shalat ini
hukumnya fardu kifayah dan sangat di anjurkan dilakukan secara berjama’ah. Tapi
bagi muslim yang mati akibat bunuh diri, para ulama berbeda pendapat, apakah
tetap dishalatkan atu tidak ada keterangan bahwa Nabi saw melarang sahabat
untuk menyolatkan muslim yang bunuh diri.
Jika yang meninggal tersebut tidak
dapat kita jangkau karena letaknya jauh dari tempat kita, di tuntunkan untuk
shalat ghaib ( Mutaffaq ‘alayh, dari jabir ). Yang caranya seperti tata cara
shalat jenazah. Setelah di shalatkan, maka bagi laki laki yang punya
kesempatan,sunnah mengiringi jenazah hingga dimakamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar