Kamis, 16 April 2015



RESUME

4. Shlat Duha Hari Raya
Shalat duha hari raya (al- ), yaitu Shalat’Iedul fitri pada pagi hari tanggal 1 Syawal dan shalat Iedul-Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah. Dua hari raya Ied ini sebagai pengganti dua hari Bermain dan bersenang senang yang di miliki oleh masyarakat sebelumnya. Oleh karenanya nabi saw menganjurkan agar semua orang islam termasuk anak-anak dan wanita haid ikut merayakannya dengan bertakbir menuju ke lapangan tempat shalat (al-mushalla),meskipun wanita haid tidak ikut shalat.

Lafal Takbir ‘Ied
Adapaun lafal takbir ‘Ied antara lain seperti yang di sandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar bin Al-Khattab,dan ‘Ali bin Abi Thalib ra:
الله اكبر الله اكبر, لااله الا الله والله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Allah maha Besar, Allah Maha besar, Tidak ada tuhan selain Allah, dan allah Maha Besar dan bagi-nyalah segala pujian.”117
Shalat ‘Ied Bertepatan hari Jum’at
Jika shalat ‘Ied bertepatan pada hari jum’at maka Nabi saw memberikan rukhshah (kemurahan/keringanan) untuk meninggalkan Jum’atan. Dasrnya adalah ketika mu’awiyah bin Abi Sufyan bertanya pada Zayd bin Arqam ra, maka Zayd bercerita bahwa:
صلي العيد ثم رخص في الجمعة فقل من شاء ان يصلي فليصل
“ Beliau (Nabi saw) shalat ‘Ied kemudian memberikan kelonggaran pada jum’atan. Maka beliau berkata: siapa yang menghendaki untuk shalat (jum’at) maka hendaklah tetap shalat “ (HR.Abu Dawud, Al- Hakim)121
5. Shalat Istisqa’
Yaitu shalat dua rakaat dan berdo’a minta air hujan karna kekeringan akibat kemarau panjang. Shalat ini dituntunkan untuk di lakukan secara ber jemaah di lapangan setelah matahari terbit, sama dengan waktu shalat ‘ied menurut, Abbad bin Tamim, dari pamannya: ‘Addullah bin Zayd ra. Bahwa:
رايت النبي صلي الله عليه وسلم يوم خرج يستسقي قال: فحول الي الناس ظهره ,واستقبل القبلة يدعو, ثم حول رداءه ,ثم صلي لنا ركعتين جهر فيهما با لقراءة (متفق عليه)
“ Saya melihat Nabi saw pada suatu hari keluar untuk minta hujan. Ia (‘abdullah) berkata: (setelah khutbah) lalu beliau berupaya berubah posisi punggungnya dari manusia dan menghadap kiblat untuk berdo’a,kemudian beliau merubah posisi sarung selendangnya, kemudian shalt bersama kami dua rakaat dengan mengeraskan qira’ahnya pada keduanya.”(Muttafaq’alayh)
Dengan demikian,tata cara pelaknaanya seperti shalat jum’at, yaitu khutbah lebih dulu kemudian berdo’a menghadap kiblat,lalu shalat dua rakaat dengan mengeraskan bacaan,namun bedanya,tanpa diawali azdan dan iqamah,kemudian khutbah menghadap ke jamaah lalu berdo’a minta hujan dengan menghadap kearah kiblat sambil mengangkat kedua tangan (HHR.Abu Hurairah ra.)
6. Shalat Istikharah
Shalat Istikharah yaitu shalat dua rakaat untuk meminta pilihan yang terbaik dalam segalaurusan.Menurut sahabat jabir ra.bahwa Rasulullah saw mengajarkan kepada para sahabat untuk berkonsultasi kepada Allah melalui shalat guna meminta yang terbaik dalam segala hal(الاستخارة في الامور كلها ) Jadi istikharah ini dituntunkan bukan hanya ketika bingung atau kesulitan dalam menetukan jodoh yang terbaik tetapi dalam segala hal dan kebutuhan (hajat),apakah dalam memutuskan persoalan pekerjaan,sekolah,jodoh,dan lain sebagainya.
7. Shalat Tahiyyatul Masjid
Shalat Tahiyyatul Masjid yaitu shalat dua rakaat sebagai penghormatan memasuki masjid. Nabi saw bersabda:
“ Apabila salah seorang kalian masuk masjid,maka hendaklah shalat dua rakaat sebelum duduk.”(HR. Jama’ah, dari Abu Qatadah ra.)
8.Shalat Gerhana (Kusuf atau Khusuf)
Shalat Gerhana kusuf atau Khusuf yaitu shalat karena terjadi gerhana, baik karena gerhana matahari maupun gerhana bulan (HR. Al-Bukhari,Muslim,Ahmad,dari Mugharah,Abu Bakrah dan Aisyah ra.) Meskipun secara bahasa kusuf bisa di gunakan untuk gerhana matahari sedangkan khusuf untuk gerhana bulan, namun umumnya hadist Nabi saw ternyata tidak membedakan keduanya karena Nabi menggunakan dua istilah tersebut untuk gerhana matahari dan bulan. Sebab al-wurud (sebab kemunculan) tuntunan shalat gerhana dilatar belakangi dengan kejadian gerhana matahari (dengan ungkapan كسفت الشمس   atau الشمس خسفت yang arti keduanya:pernah terjadi gerhana matahari ) pada masa rasulullah saw yang bertetapan dengan wafatnya Ibrahim putra Nabi saw sehingga orang orang menganggap bahwa gerhana terjadi karena berkaitan dengan wafatnya Ibrahim.
Shalat gerhana di lakukan secara berjamah di masjid dan di mulai di awal terjadinya gerhana hingga gerhana berahir. Dengan demikian, lama dengan bacaan yang serba panjang karena tergantung pada lama gerhana berlangsung.Pada saat mulai gerhana, salah seorang menyeru orang orang untuk shalat gerhana berjamaah dengan seruan “ash-Shalatu Jami’ah” tanpa azan dan iqamah (HR. Muslim, dari Aisyah)
Shalat ini terdiri dua rakaat dengan 4 rukuk 4 sujud di mana setiap rakaat terdiri 2 rukuk dan 2 sujud:
  1. Takbiratul ihram
  2. Membaca Al-fatihah dan surat yang panjang
  3. Ruku’ yang panjang dari biasanya
  4. I’tidal dengan mengucapakn sami’allahuliman hamidah
  5. Membaca Al-Fatihah lagi dan Surat yang panjang tapi lebih pendek dari yang pertama
  6. Ruku’ yang panjang tapi lebih pendek dari yang pertama
  7. I’tidal dengan mengucapkan sami’allahu liman hamidah
  8. Sujud seperti biasa tapi agak lama
  9. Berdiri menuju rakaat kedua dan lakukan seperti cara yang di lakukan  pada rakaat pertama dengan bacaan lebih pendek dari yang pertama sampai salam
9. Shalat Jenazah  
Shalat Jenazah yaitu Shalat yang di lakukan karena adanya muslim atau muslimah yang meninggal dunia. Shalat ini hukumnya fardu kifayah dan sangat di anjurkan dilakukan secara berjama’ah. Tapi bagi muslim yang mati akibat bunuh diri, para ulama berbeda pendapat, apakah tetap dishalatkan atu tidak ada keterangan bahwa Nabi saw melarang sahabat untuk menyolatkan muslim yang bunuh diri.
Jika yang meninggal tersebut tidak dapat kita jangkau karena letaknya jauh dari tempat kita, di tuntunkan untuk shalat ghaib ( Mutaffaq ‘alayh, dari jabir ). Yang caranya seperti tata cara shalat jenazah. Setelah di shalatkan, maka bagi laki laki yang punya kesempatan,sunnah mengiringi jenazah hingga dimakamkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar